Detik waktu
yang bergulir
terus
mengantarkanku padamu
sepi senyap
aku berkubang
terlampau jauh
aku di samudera
Terus
menghirup udara yang sama
tanpa celah
aku untuk bertanya
adakah lagi
dari keseluruhan hidup
dosa yang
masih terus kutumpuk?
Sudah sejauh
mana ini?
Kapan aku
tiba-tiba mulai berlayar?
Adakah
daratan memanggil untukku pulang?
Akan hendak
kembali pada siapa?
Lorong-lorong
malam yang kuhidupi
terus saja
menuntut untuk bertanya
sejak sajak
bisa terus kumengerti
kumuntahkan
segalanya dalam diam
Ombak memang
berhenti menjerit
walau
sesekali terdengar risau
menuntun
sampan tua pemuda
dipulangkan
oleh angin laut
Tetap saja
ada yang menggamit dalam malam
terus
mempertanyakan segala-galanya
seperti
sudah terlampau tua mengembara
aku kini
bukan si kecil tak tahu jalan pulang!
Perjalanananku,
apakah kau sia-sia?
Tak bisa aku
menumpukan pada “binatang jalang” ini
--dia yang
memberiku tak sekedar kertas dan pulpen—
tersebab
perjalanan panjang mencari bentuk ini
terlalu
bercabang, terlalu jalang untuk kumamah
sedang aku
hanya sendiri menopang zaman
Sekarang
katakan sedalam-dalamnya padaku,
adakah aku
berhak untuk kau nanti di dermaga sepi?
--sajak-sajak
yang hendak kutitipkan padamu—
sudikah engkau
menerimaku kembali begini?
--setengah
perjalanan yang kuhabiskan untuk bertahan—
akankah ada
waktu untuk bersitatap berhadap-hadapan?
--bercerita
tentang apa saja yang membuat kita bahagia—
Ini
pembuktianku,
keseluruhan
dari sebaris malam yang tak kutiduri
mimpi-mimpi
yang membuatku selalu terjaga
menelantarkanku
pada kesimpulan begini.
Aku limbung.
Tolong aku.
120919
Rabu +-
19.30 – 20.25
Yogyakarta
*ajaraham
sumber gambar: disini