Selasa, 17 September 2013

DIMANA UDA?


 Di suatu senja yang asing, ada wajahku, murung tengadah pasrah. Di rambutku, ombak dan pantai menari-nari tak beraturan. Dua ekor elang laut lalu menitipkan kerontang cakrawala.

Sore pukul 6.

Sekejap waktu berlari. Aku sudah diluar hitungan. Kupertebal gincu dan bedak yang saban hari masih membekas. Sampai dimana rindu ini musti kujaga? Senja sudah renta sekarang, Uda. Mawar yang kau beri dulu sudah lama melayu di jambangan. Tapi asal kau tahu, Da, masih kubiarkan dia bersolek di depan cermin yang pernah kau singgahi. Aku tak membuangnya, meski kerontang.

Kenapa kau tak lagi kembali?






















Uda, malam tak lagi asing bagiku. Telah kujamah bermacam birahi tamu. Bagiku, segala malam yang tak lagi kau singgahi adalah luka. Jadi aku memutuskan lain. Kujejali mimpi-mimpi dengan omong kosong. Kupenuhi harapan dengan jerit-jerit tertahan, nafsu yang buncah. Lalu kupecundangi subuh yang sebentar-sebentar memanggil untukku pulang. Aku lelah.

Uda, sudah purnama keberapa ini. Aku sanksi kau akan kembali. Ku do'a kan saja kau nanti mati di tanah rantau. Semoga kau tak keberatan.

Marni

ajaraham,
Jogja, 130907

Sabtu +- 16:00